Minggu, 06 Mei 2012

Siapakah Isa dari Nazaret yang sebenarnya?

Kitab Suci memakai banyak sebutan kepada Isa dari Nazaret. Salah satu yang paling sering dipakai ialah Kristus, dari kata bahasa Yunani Kristos / Kristos atau Mesias, kata dari bahasa Ibrani הישוכ / Masyiyah. Kedua kata tersebut berarti "Yang Diurapi", yaitu yang dipilih khusus dan dikuasai Tuhan Allah untuk suatu karya yang unik, tunggal dan paling penting. Kata Almasih berasal dari bahasa Arab langsung yaitu  Masyiyah namun Almasih tidak punya arti sendiri dalam bahasa Arab. Beberapa sebutan lain untuk Isa di dalam Alkitab ialah Juruselamat, Penebus Dosa, Pengantara, Imam Besar yang Agung, Firman Allah yang Kekal, Terang Dunia, Gembala yang Baik, Pintu, Jalan, Kebenaran, Kehidupan, Hakim Agung, Putra Mariam, Anak Manusia, Nabi, Raja segala Raja, dan Tuan segala Tuan, Anak Domba Allah, dan banyak lagi. Namun sebutan yang paling menarik banyak orang dan menggangu lebih banyak orang lagi ialah nama yang sangat aneh dan menakjubkan yaitu: Anak Tunggal Allah, atau dalam bahasa Yunani: uios monogenhς qew, huios monogenes theo)


Tuhan Allah tidak dilahirkan dan tidak melahirkan. Bagaimana Isa boleh disebut "Anak Allah"? 


Tentu saja Tuhan Allah tidak mungkin dilahirkan atau melahirkan. Kalau dengan perkataan "melahirkan" kita bermaksud berhubungan dengan daging/darah atau hubungan intim di anatara lelaki dan wanita, kita semua dapat setuju, bahwa "Tuhan Allah tidak melahirkan". Namun banyak orang berpendapat bahwa orang Nazrani memakai sebutan "Anak Allah" karena mereka percaya Tuhan berhubungan secara daging/darah atau hubungan intim. Pendapat ini memang sangat keliru. Arti seperti itu merupakan kekejian/laknat sekali pada kaum Nazrani dan siapa saja yang menghormati dan menyembah Tuhan Allah. "Tuhan Allah Roh adanya", kata Isa sendiri. Pendapat bahwa Tuhan berhubungan seperti seorang suami dengan isteri begitu salah, sampai tidak perlu dibicarakan.

Saudara "anak Surabaya", bukan? Tetapi bagaimana terjadi begitu? Apakah Surabaya menikah dengan Gresik lalu melahirkan saudara? Apa yang diartikan dengan sebutan "anak Surabaya"? Kata "anak" disitu berarti "berasal", bukan? Jadi kata "anak" tidak harus berarti berkaitan dengan hubungan daging/darah, bisa juga menunjukkan  asal seseorang.

Pada pintu rumah ini ada alat yang dipasang untuk menghindari perampok membukanya dan masuk rumah. Namanya "kunci", bukan? Apa namanya alat logam kecil yang dapat dimasukkan kedalam kunci itu agar pintu dapat dibuka? "Anak kunci", bukan?  Mengapa alat itu disebut "anak kunci"? Tentu saja si Kunci tidak menikah dengan si Obeng lalu si Anak Kunci dilahirkan! Pada sebutan "anak kunci", kata "anak" menunjukkan hubungan yang unik dan tunggal diantara dua hal. Seharusnya hanya satu anak kunci dapat membuka kunci itu. Yang lain tidak berhasil sama sekali. 

Lagi kita dapat mengingat sebuah "busur"? Kadang-kadang anak panah disebut "anak busur", bukan? Tentu saja si Busur tidak melahirkan si Anak Busur. Kata "anak" disini menunjukkan sesuatu hubungan fungsionil. Busur dan anak busur menjadi satu senjata. Kalau senjata itu akan dipakai dengan tetap, kita perlu kedua-duanya sekaligus. 

Dari tiga contoh ini kita bisa mengerti bahwa kata "anak" dapat diartikan: a) Berasal b) Berhubungan unik dan tunggal, dan c) Berhubungan karena kesatuan fungsionil. Begitu juga dengan sebutan "Anak Allah". Di dalam Sang Injil jelas sekali bahwa sebagai "Anak Allah" Isa Al-Masih berasal dari Tuhan Allah di Surga. Dia berhubungan secara unik dan tunggal dengan Tuhan Allah, lain daripada semua oknum dalam sejarah manusia. Dia tidak pernah memakai istilah "Bapa kita", selalu "Bapa-Ku" atau "Bapa-mu", karena dua hubungan itu berlainan juga. Isa juga disebut "Sang Juru Selamat" padahal hanyalah Tuhan Allah yang menyelamatkan. Dialah suatu kesatuan dengan Tuhan Allah demi keselamatan manusia. Dia membuktikan kuasanya untuk mengampuni dosa orang lain pada hal hanyalah Tuhan Allah berkuasa mengampuni dosa (Kitab Injil: Markus 2:1-12). Memang sebutan "Anak Allah" tidak berarti berhubungan secara daging/darah. Hal ini memang menjijikkan semua orang Nasrani. "Anak Allah" menunjukkan hubungan yang rohani, unik dan kekal.

Bagaimana Isa disebut "Anak Allah yang kekal" sekaligus, karena seorang ayah selalu lebih tua daripada anaknya, bukan?


Ada salah faham yang dapat muncul dari sebutan "Anak Allah". Masalah ini jarang sekali dipikirkan atau dijelaskan. Sebelum saudara menjadi anak dari orang tuamu, dimana saudara? Orang Nazrani percaya bahwa sebelum kita ada di kandungan ibu, kita tidak ada. Pada Hari Raya Natal kita merayakan kelahirkan siapa? Isa Almasih, bukan? Banyak orang mengira kaum Nazrani percaya bahwa kelahiran Isa di kandang Betlehem di Palestina merupakan permulaan yang disebut "Anak Allah". Beberapa nats di Alkitab Suci membuktikan pendapat ini salah. Sang Anak Allah "tidak berawal", bukan seperti kita. Dia tidak terikat oleh dimensi atau ukuran "waktu". Dia tidak terpisah atau berbeda dari Tuhan Allah dalam kekekalanNya, namun Dia disebut Firman/Akal/Komunikasi Allah yang kekal. Dialah Firman yang tidak diciptakan, dan sebagai Firman itu, semua yang ada di alam semesta diciptakan oleh Dia. Dapatkah Allah dipisahkan dari FirmanNya, dari AkalNya, dari KomunikasiNya dan masih dianggap Allah juga? Menurut Injil, Firman Tuhan Allah pada suatu saat yang kita rayakan sebagai Hari Natal telah menjadi manusia. Namun Dia ada sebelum permulaan alam semesta ini.  

Dengan begitu banyak salah faham karena sebutan "Anak Allah", kenapa umat Nasrani tidak membuang sebutan itu saja dan memakai sebutan-sebutan lain dari Alkitab tentang Isa Al-Masih? 

Pertanyaan itu memang masuk akal dan jawabannya juga mudah dimengerti. Orang Nazrani bukan yang pertama menyebut Yesus "Anak Allah", sehingga mereka tidak bisa merasa bebas untuk membuangnya begitu saja. Yang pertama untuk menubuat/menjadikan bahwa Isa akan disebut "Anak Yang Mahatinggi" (Allah) ialah Malaikat Jibril ketika dia membertitahukan kepada Bunda Maryam bahwa dia akan menjadi seorang ibu Almasih walaupun dia tetap seorang perawan (Kitab Injil: Lukas 1:32). Pertama kali Isa sendiri disebut "Anak Allah" ialah pada waktu baptisannya, ketika Roh Allah turun keatasNya dan menetap padaNya sebagai Urapan Ilahi. Kemudian ada Suara dari surga yang berfirman, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Kitab Injil: Matius 1:11)  Tuhan Allah Sendiri dari Surga menyatakan bahwa Isa Al-Masih adalah AnakNya. Ini bukan suatu ilham yang diturunkan melalui seorang nabi atau penglihatan ajaib ataupun Kitab Suci. Kejadian sehebat ini terjadi hanya beberapa kali dalam sejarah umat manusia di mana Tuhan Allah Sendiri langsung berkomunikasi atau berfirman kepada umat manusia tanpa pengantar. Begitu penting ilham bahwa Isalah "Anak Allah".

Dapatkah kita mengerti dengan sempurna apa yang diartikan Tuhan Allah dalam Injil dengan sebutan "Anak Allah"? 

Tentu saja kita tidak mungkin dapat mengerti dengan sempurna. Namun kita juga tidak boleh berani melalaikannya atau membuangnya begitu saja, oleh karena kita tidak dapat memahaminya dengan mudah. Kita harus terus berusaha memahami artinya yang sedalam-dalamnya, karena disitulah inti sari tentang siapa Isa Almasih yang sebenarnya. Hanya dengan kita mengenal Isa secara pribadi di dalam hati, maka kita dapat membuka pemahaman akan sebutan yang amat penting ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar