Minggu, 06 Mei 2012

Mengikuti dan Meneladani Isa

Siapakah Isa sehingga kita harus meneladani hidupnya bahkan kita mau mengikuti Dia? Berbeda dengan pertanyaan, “Apakah ada Allah?” jarang orang mempertanyakan apakah Isa ada. Pada umumnya Isa hanya dipandang sebagai seseorang yang pernah hidup di bumi tepatnya di Israel 2000 tahun yang lampau. Perdebatan baru dimulai ketika topik mengenai identitas Isa didiskusikan. Hampir setiap agama besar mengajarkan bahwa Isa adalah seorang nabi, atau guru yang baik atau seorang manusia yang saleh. Masalahnya Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Isa lebih dari sekedar seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh.


C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis: “Saya berusaha mencegah orang dari mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang katakan mengenai Dia [Isa Almasih]: “Saya siap untuk menerima Dia sebagai seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima klaim bahwa Dia adalah Allah.” Ini adalah sesuatu yang kita tidak boleh katakan. Seorang manusia biasa dan mengucapkan apa yang dikatakan oleh Isa tidak mungkin merupakan seoarng pengajar moral yang agung. Kalau orang itu bukan orang gila – yang setara dengan orang yang mengatakan bahwa dia adalah telur rebus – atau dia adalah si Iblis dari neraka. Engkau harus menentukan pilihanmu. Apakah orang ini adalah Anak Allah, atau orang gila atau lebih parah…. Engkau bisa menutup telinga dan menganggap Dia orang bodoh, engkau bisa meludahi Dia dan membunuh Dia sebagai iblis, atau engkau bisa tersungkur di kakiNya dan menyebut Dia Tuhan dan Allah. Tapi jangan mencari alasan yang tidak-tidak dengan mengatakan bahwa Dia hanyalah seorang pengajar yang agung. Dia tidak memberikan opsi itu kepada kita. Dia tidak bermaksud untuk melakukan itu.

Jadi siapakah Isa? Apa kata Alkitab mengenai Dia? Pertama-tama, mari kita lihat kata-kata Isa dalam Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekilas, ini kelihatannya bukan merupakan sebuah klaim bahwa Dia adalah Allah. Namun kalau dilihat dari reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan ini “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” (Yohanes 10:33). Orang-orang Yahudi mengerti pernyataan Isa sebagai sebuah klaim bahwa Dia adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya Isa tidak pernah mengoreksi orang-orang Yahudi dengan mengatakan, “Saya tidak mengaku diri sebagai Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa Isa betul-betul mengatakan bahwa Dia adalah Allah dengan mengumumkan, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30). Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Isa memproklamirkan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Kembali orang-orang Yahudi berespon dengan mengambil batu dan berusaha melempari Isa (Yohanes 8:59). Isa mengumumkan identitasnya dengan menggunakan “Aku adalah” yang adalah merupakan penerapan langsung dari nama Allah dalam Perjanjian Lama (Keluaran 3:14). Mengapa orang-orang Yahudi mau melempari Isa dengan batu kalau bukan karena Dia mengatakan sesuatu yang mereka anggap menghujat Allah, yaitu dengan mengaku diri sebagai Allah?

Kita coba lihat pada Yohanes 1:1 yang mengatakan, “Firman itu adalah Allah.” Yohanes 1:14 mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini jelas mengindikasikan bahwa Isa adalah Allah dalam wujud manusia. Thomas sang murid mengungkapkan pada Isa, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28). Isa tidak mengoreksi dia. Rasul Paulus menggambarkan Dia sebagai, “…Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Isa Almasih” (Titus 2:13). Rasul Petrus mengatakan hal yang sama, “…Allah dan Juruselamat kita, Isa Almasih.” (2 Petrus 1:1). Allah Bapa adalah Saksi dari identitas Isa yang sepenuhnya, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.” Nubuat-nubuat mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama menyatakan keillahianNya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”

Jadi, sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, percaya kepada Isa sebagai seorang guru yang baik bukanlah sebuah pilihan. Isa dengan jelas dan tak dapat disangkali mengakui diriNya sebagai Allah. Kalau Dia bukan Allah, Dia adalah seorang pendusta dan bukanlah seorang nabi, guru yang baik atau manusia yang beribadah. Dalam usaha untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Isa, para “sarjana-sarjana” modern mengatakan bahwa “Isa adalah sejarah yang sejati” tidak mengucapkan banyak hal yang Alkitab katakan sebagai diucapkan oleh Isa. Siapakah kita yang dapat berdebat dengan Firman Tuhan mengenai apa yang Isa katakan atau tidak katakan? Bagaimana seorang “sarjana” yang dua ribu tahun terpisah dari Isa dapat lebih mengerti apa yang Isa katakan dan tidak katakan dibanding dengan mereka yang hidup bersama Dia, melayani bersama Dia dan diajar langsung oleh Isa sendiri (Yohanes 14:26)?

Mengapa pertanyaan mengenai identitas Isa yang sebenarnya begitu penting? Mengapa penting kalau Isa itu Allah atau bukan? Alasan yang paling penting bahwa Isa haruslah Allah adalah bahwa jikalau Dia bukan Allah, kematianNya tidaklah cukup untuk membayar hutang dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang dapat membayar hutang sebesar itu (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21). Isa haruslah Allah sehingga Dia dapat membayar hutang kita. Isa haruslah manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Isa Almasih! Keillahian Isa adalah alasan mengapa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan. Keillahian Isa adalah penyebab mengapa Dia mengumumkan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Lalu bagaimana kita mengikut dan meneladani seperti apa yg Isa lakukan semasa hidup? 

Jawabannya dapat kita temui pada kisah perjalanan hidup Isa yg ditulis pada kitab Injil. seperti ada tertulis, 'Ketika Isa dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Isa: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Isa berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Isa berkata kepadanya: "Biarlah orang mati memakamkan mereka yang mati; tetapi engkau, pergilah, beritakanlah Kerajaan Allah." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Isa berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9: 57-62)

Sedangkan pada Lukas 9: 23-26 tertulis, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya."

Ada pula tertulis dalam Lukas 14: 28-33 bahwa, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."

Lalu upah apa yang kita terima ketika mengikut Isa?

 Kata Isa kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.

Nah ingatlah bahwa Kerajaan Allah telah dekat, jadi persiapkanlah dirimu. Maukah kamu menyambut Anak Allah seperti mempelai yg datang ataukah kamu mau menyambutnya bak Hakim yg akan menghakimi seluruh Bumi dan isinya? Sebab ada pula tertulis, "Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."


Semoga Tuhan Memberkati Saudara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar