Penyaliban
adalah cara hukum mati yang paling kejam dan paling mempermalukan. Korban ditelanjangi, kemudian kaki dan
tangannya dipaku pada kayu salib. Dia diangkat tinggi-tinggi dan dibiarkan
sampai mati setelah beberapa jam sampai 2 atau 3 hari. Tidak ada alasan yang masuk akal mengapa
pengikut-pengikut Isa mau menceritakan kematian sedahsyat ini kalau
ceritanya tidak benar. Namun fakta
penyaliban Isa diakui oleh setiap saksi Nazrani pada awal permulaan gerakan
Nazrani. Isa Almasih sendiri bernubuat
(meramalkan secara illahi) tiga kali pun bahwa dia akan ditangkap, disiksa,
dibunuh tersalib dan kemudian bangkit dari orang mati pada hari ketiga. Semua Kitab Suci Nazrani, baik surat para
rasul dan semua kitab Injil yang diyakini umatNya, menekankan dengan satu suara
pembunuhan terhadap Isa. Para
penulis yang tidak memihak dan musuh Isa pun menegaskan kematiannya.
Mengapa banyak orang pada masa sekarang
mengatakan bahwa Isa tidak mati di Kayu Salib?
Pertanyaan
itu menarik sekali dan jawabannya ditemukan pada ilmu sejarah masa lampau. Pada abad-abad sesudah penyaliban Isa,
beberapa sekte/golongan bid'ah yang bersifat gnostik muncul di wilayah Timur Tengah. Golongan bid'ah tersebut menganggap semua
yang bersifat jasmani atau materiil pada dasarnya najis dan kotor, pada hal
semua yang bersifat rohani itu bersih dan kudus. Sekte-sekte bid'ah Gnostik yang dipengaruhi
Injil, hanya dapat menerima Isa Al-Masih sebagai makluk rohani yang manyamar
seperti manusia saja. Maka mereka
membuat filsafat bahwa dia tidak sungguh-sungguh mati disalib, hanya
"dibuat agar tampak seperti mati tersiksa".
Dalam
abad-abad berikutnya sekte-sekte Gnostik bersaing berat dengan umat Kristiani.
Tetapi akhirnya sekte-sekte menjadi punah dan sebagian anggotanya masuk
golongan keagamaan lain. Salah satu
contoh ialah sekte Bogomil yang berbasis di daerah Bosnia, Eropa Timur sampai
abad keenambelas Masehi. Ketika mereka dijajah pasukan Turki, mereka terpaksa
meninggalkan agama kafir mereka dan memeluk agama penjajah-nya sampai sekarang.
Walaupun
kaum sekte-sekte Gnostik sudah punah di daerah Timur Tengah, anggapan mereka
tentang Penyaliban Al-Masih sebagai banyangan saja, tetap diceritakan rakyat
jelata di Mesir, Siria dan Arab. Beberapa teori dibentuk untuk menjelaskan bagaimana bayangan itu
terjadi. Setiap teori mengklaim bahwa
wajah Isa dipindahkan kepada orang lain, agar orang itu yang dijadikan
korban penyaliban, bukan Isa yang suci dan tanpa dosa itu. Ada yang mengklaim bahwa orang yang paling
malang ini Yudas Iskariot, yaitu pengkhianat Isa. Ada juga orang yang mengatakan bahwa seorang
prajurit Romawi telah diubah wajahnya kemudian disalib. Ada yang mengatakan bahwa yang dijadikan
korban penyaliban itu adalah Rasul Yahya. Tetapi mereka selalu mengaggap bahwa
perubahan itu pada siapapun itu dari kuasa Allah.
Mengapa teori samaran penyaliban
Isa tidak dapat diterima?
Banyak
ahli agama dengan latar belakang kepercayaan yang berbeda sekali telah menyadari
bahwa teori atau cerita buatan ini, pada dasarnya sangat berbahaya. Sungguh nyata dijelaskan dalam Injil, bahwa
semua pengikut Isa yakin sekali dia mati di Kayu Salib. Seandainya Tuhan Allah menggantikan wajah dia
dengan orang lain, maka Tuhan Allah telah menipu umat beriman yang percaya
kepadaNya. Bukankah "menipu" sama saja dengan berbohong? Apakah ada seseorang yang berani mengatakan
bahwa Allah yang Maha Kudus dan Maha Benar, penipu atau pembohong? Kalau ada teori atau penjelasan yang menuju
kepada kesimpulan yang menentang Tuhan, tentu saja teori atau penjelasan itu
salah dan berbahaya.
Bagaimana Tuhan Allah yang Maha Adil
mengizinkan penyaliban terjadi pada Nabi yang benar dan tidak pernah berbuat
dosa satupun?
Hal
ini sangat sulit dimengerti, namun jelas di Kitab Nabi-nabi Tuhan ratusan tahun
sebelumnya bahwa kematian Hamba Tuhan yang Menderita yang disebut Yang Diurapi
Allah (yaitu Mesias, Almasih atau Kristus, Cf
pertanyaan #5) ialah Rancangan Tuhan Allah yang sejak semula dimaksudkan
untuk menyelamatkan umat manusia. Kematian Isa yang dasyat itu bukanlah sebuah "kekeliruan dalam
sejarah" saja. Namun kematianNya
merupakan kegenapan dari nubuatan (ramalan ilahi) yang diwahyukan oleh
Tuhan. Maka kematian Isa Almasih
mewujudkan pelaksanaan kehendak Tuhan Allah sendiri untuk menyelamatkan kita.
Isapun memahami rancangan Ilahi ini sejak pelayanananNya semula. Nabi Yahya bin Zakaria menyatakan Nabi Isa "Anak Domba Allah (korban Allah) yang
menghapus dosa dunia" (Kitab
Injil: Yohanes 1: 29)
Kematian Isa yang tidak berdosa
masih merupakan hal yang tidak adil.
Bagaimana ketidakadilan ini dapat dimengerti?
Kita
harus ingat bahwa penyaliban Isa bukanlah akhir dari kehidupannya. Pada hari ketiga setelah hari kematiannya,
Isa memang bangkit dari orang mati.
Kebangkitan yang ajaib ini kunci bagi orang yang ingin mengerti
penyalibannya. Kematian dan kebangkitan
Isa bagaikan burung dan angka pada satu mata uang. Tidak berguna dan tidak masuk akal kalau ada
satu tanpa yang lainnya. Melalui
kebangkitan Isa, kematiannya yang dianggap tidak adil, menjadi bukti keadilan
Tuhan. Kita dapat mengerti kedahsyatan
maupun makna penyaliban Isa hanya melalui kebangkitannya. Siapa saja dapat mengakui dirinya seorang
nabi atau tokoh agama. Mungkin diapun
membuat ajaran yang hebat sekali tentang dirinya sendiri, Tuhan Allah dan
keselamatan. Tetapi jika orang itu
meninggal dunia, adakah yang bertanya tentang kebenaran ajaranya?
Isa
Almasih bangkit kembali dari orang mati untuk menyatakan bahwasannya semua yang
dia pernah ajarkan tentang Tuhan Allah, dirinya sendiri, dan pengorbanannya di
kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia secara kekal. Selama empat puluh hari Isa mengajarkan
kembali kebenaran yang suci ini kepada murid-muridnya. Kemudian dia naik ke Surga dan tinggal disana
sampai datangnya Hari Kiamat. Kemudian
Dia turun ke bumi sebagai Hakim Agung dunia dan seluruh umat manusia. Kitab Suci Mazmur/Zabur 96 menerangkan Kitab
Suci Injil: Kisah Para Rasul 10:42. Di
Kitab Mazmur/Zabur 96 jelas sekali siapa yang menjadi Hakim Dunia.
Semoga Tuhan Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar